Zakat adalah salah satu pilar penting dalam agama Islam yang memiliki peran sosial dan ekonomi yang besar. Untuk memahami bagaimana zakat dapat dijalankan dengan benar, penting bagi umat Muslim untuk memahami syarat-syarat sahnya zakat.
Dalam tulisan ini, kami akan menjelaskan dua syarat utama yang harus dipenuhi agar zakat dianggap sah, yaitu niat dan pemberian pada orang yang berhak menerima zakat.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang syarat-syarat ini, umat Muslim diharapkan dapat menjalankan kewajiban zakat dengan benar dan bermanfaat bagi masyarakat.
Syarat Sah Zakat
Zakat adalah salah satu kewajiban yang dikenakan kepada pemilik harta, termasuk zakat untuk ternak, tanaman, harta dagangan, dan zakat fitrah. Untuk menjadikan zakat ini sah, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi:
Niat
Sebelum seseorang memberikan zakat, sangat penting untuk memiliki niat atau kesadaran untuk berzakat. Niat ini harus hadir pada saat persiapan zakat, saat zakat diberikan kepada penerima yang berhak, atau dalam interval waktu di antaranya.
Saat membuat niat, tidak perlu secara khusus menentukan harta mana yang akan dizakati. Contoh-contoh niat yang diterima adalah, “Ini adalah zakat dari harta saya,” atau “Ini adalah sedekah yang wajib saya berikan.”
Jika ada keraguan tentang niat setelah zakat diberikan kepada penerima yang berhak, zakat tetap dianggap sah. Namun, jika zakat diberikan tanpa niat sebelumnya, maka zakat tersebut tidak sah, dan pemilik harus mengeluarkan zakat kembali. Zakat awal yang diberikan tanpa niat akan dianggap sebagai shodaqoh.
Diberikan Kepada Orang yang Berhak
Zakat harus diberikan kepada orang atau kelompok yang berhak menerimanya. Terdapat delapan golongan atau ashnaf yang memiliki hak menerima zakat.
Bagi mereka yang berkewajiban mengeluarkan zakat, apabila mereka ingin memberikan zakat secara langsung tanpa melalui imam atau ‘amil, mereka harus memastikan bahwa orang yang akan menerima zakat tersebut memenuhi syarat sebagai penerima zakat.
Jika zakat diberikan kepada orang yang tidak berhak menerimanya, maka zakat tersebut dianggap tidak sah, dan pemilik wajib mengeluarkan zakat kembali.
Selain itu, untuk zakat fitrah, yang utama adalah memberikannya kepada kerabat yang tidak memiliki kewajiban untuk memberikan nafaqah, dimulai dari kerabat yang memiliki hubungan mahram (seperti paman atau bibi), dan setelah itu kepada kerabat yang tidak memiliki hubungan mahram (seperti anak-anak dari paman atau bibik).
Penutup
Menunaikan zakat adalah wujud nyata dari rasa taqwa sekaligus wujud kepedulian sosial. Dalam rangka memastikan bahwa zakat yang dikeluarkan sah dan dianggap -sehingga menggugurkan kewajiban- maka syarat sahnya zakat mesti terpenuhi.