Santri identik dengan orang yang menuntut berbagai macam disiplin ilmu di Pondok Pesantren. Baik ilmu agama, maupun ilmu-ilmu umum yang memiliki nilai kemanfaatan. Namun sebagian berpendapat bahwa orang yang memiliki konsen terhadap agama dan memiliki semangat perjuangan keislaman pun masih dinamakan santri meskipun tidak tinggal dan menuntut ilmu di pondok pesantren, dengan syarat ia memiliki penghormatan terhadap ulama serta menerapkan nilai-nilai kepesantrenan dalam bermasyarakat.
Yang pada intinya, menjadi santri adalah tentang semangat dan jiwa keislaman, serta pegangan terhadap nilai-nilai kepesantrenan. Adapun selain dari pada hal tersebut, santri juga diidentikan dengan tampilan busana dan segala atributnya yang khas. Berikut ini adalah beberapa hal yang biasa dikenakan oleh santri.
1. Peci dan Songkok
Islam mengajarakan kita untuk tampil rapi dan elegan. Salah satu diantaranya adalah mengenakan tutup kepala agar rambut tidak nampak berantakan serta bertujuan mengikuti sunnah, dimana Rasulullah yang biasa menggunakan penutup kepala. Di Indonesia, budaya menutup kepala ini selain biasa menggunakan sorban, juga biasa menggunakan peci dan songkok. Khususnya untuk songkok hitam, dimana dikalangan santri, penggunaan songkok hitam sudah menjadi budaya dan salah satu ciri khas yang tidak bisa dipisahkan.
Penggunaan peci di kalangan santri sudah seperti satu keharusan. Bahkan beberapa santri sudah mengggap penggunaan peci sebagai bagian dari jati dirinya. Sehingga menggunakan peci dilakukan tidak hanya saat sedang di pondok atau saat sedang melakukan aktifitas keagamaan, melainkan juga saat melakukan berbagai aktifitas lain dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sarung
Celana memang menjadi pakaian-bawahan yang cukup simpel digunakan karena menjadikan kita leluasa dalam bergerak. Namun bagi seorang santri, penggunaan celana saja nampaknya akan sangat jarang ditemukan. Ini karena santri sudah terbiasa menggunakan sarung. Adapun pengguanaan celana biasanya hanya penggunaan celana dalam atau kolor. Bukan celana jeans atau sebagainya.
Kaitannya dengn sarung, sarung memang menjadi satu tradisi dan budaya yang mengakar di kalangan pesantren. Bersarung juga sebenarnya sudah tidak asing di timur tengah, seperti misalnya di Yaman. Disana, budaya bersarung sudah ada seperti halnya di Indonesia.
Penggunaan sarung, tidak hanya dilakukan oleh santri putra. Melainkan juga oleh santri putri. Bedanya, sarung yang digunakan oleh putera biasanya cenderung memiliki motif kotak-kotak, atau juga motif lainnya yang agak sederhana. Beda dengan puteri, sarung yang digunakan biasanya bercorak batik dengan warna agak cerah. Sehingga diantara sarung putera dan sarung puteri dalam motifnya memiliki selera yang berbeda. Tapi, untuk saat ini, beberap motif sarung cenderung universal. Sehingga baik saung putera dan puteri hampir tidak meiliki perbedaan. Dan keduanya biasa mengguanakan sarung tersebut.
3. Baju Koko /Baju Takwa
Baju koko dan baju takwa, keduanya menjadi pakaian khas warga muslim di indonesia yang hendak melaksanakan kegiatan keagamaan. Namun dikalangan para santri, penggunaan baju koko dan baju takwa tersebut tidak hanya saat hendak melaksanakan kegiatan keagamaan saja, melainkan juga dalam berbagai aktifitas harian. Sehingga busana santri dalam kesehariannnya seolah seperti muslim yang hendak melaksanakan kegiatan ibadah.
4. Sorban
Di timur tengah penggunaan sorban memang sudah biasa. Sorban di timur tengah biasanya dijadikan penutup kepala semisal igal atau juga dikerumunkan layaknya kerudung. Sedangkan di Indonesia khususnya di kalangan santri dan pesantren, sorban biasanya hanya di selendangkan di pundak atau di kalungkan seperti syal. Sehingga bila kita melihat santri, pemakaian sorbannya akan nampak khas seperti kiyai-kiyai pesantren yang di selendangkan di pundak.
5. Tasbih
Tasbih merupakan salah satu asesoris yang sering dibawa oleh santri. Ini berkaitan dengan fungsi tasbih sebagai alat bantu dalam berdzikir. Dimana, butiran tasbih yang biasanya berjumlah 99 biji menjadi penuntun hitungan jumlah bilangan dzikir. Semisal bila kita selesai melaksanaan shalat, maka disunnahkan berdzikir melafalkan subhanallah sebanyak 33 kali, alhamdulillah sebanyak 33 kali, dan Allahuakbar sebanyak 33 kali. Maka butiran tasbih menjadi alat bantu dalam perhitungannya.
Selain fungsinya tersebut, tasbih juga kemudin menjadi style tersendiri di kalangan para santri. Biasanya tasbih sering di kalungkan di leher atau di tangan. Sehingga saat diperlukan untuk digunakan, tasbih sudah siap untuk dipakai.