Pernah guru bertanya ke saya: apa yang dimaksud dengan kearifan lokal dan seberapa penting? hmmm. Ini jawabanku!
Beberapa tahun lalu, saya berkesempatan untuk tinggal di sebuah desa kecil di Jawa Tengah selama beberapa bulan. Pengalaman ini membuka mata saya tentang betapa dalamnya kearifan lokal yang hidup dalam masyarakat tersebut. Ketika pertama kali tiba, saya terkesima dengan pendopo besar di tengah-tengah desa. Bukan sekadar bangunan tua, pendopo itu menjadi simbol kearifan lokal masyarakat Jawa yang telah diwariskan turun-temurun. “Keselarasan dengan alam” adalah prinsip utama yang mereka junjung tinggi, dan pendopo itu adalah representasi fisiknya.
Pendopo ini dibangun sedemikian rupa untuk menangkap angin sepoi-sepoi dan mengurangi panasnya sinar matahari. Ini adalah contoh arsitektur tradisional yang benar-benar menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Mereka tidak membutuhkan AC atau teknologi modern untuk tetap nyaman di bawah terik matahari tropis. Di sini saya mulai menyadari, bahwa kearifan lokal bukan hanya tentang tradisi lama yang dipertahankan, tetapi tentang solusi cerdas yang sudah terbukti relevan selama bertahun-tahun.
Tinggal di desa itu juga memperkenalkan saya pada nilai-nilai gotong royong yang masih begitu kuat. Di setiap kesempatan, mulai dari membangun rumah hingga panen padi, semua dilakukan bersama-sama. Saya sempat merasa bingung—kenapa tidak menyewa tenaga kerja saja untuk memudahkan pekerjaan? Namun, perlahan saya menyadari, bahwa nilai gotong royong lebih dari sekadar membantu sesama. Itu adalah cara mereka menjaga keterikatan sosial, sebuah modal sosial yang tak ternilai harganya. Dalam dunia modern yang serba sibuk, rasanya semakin sulit menemukan kebersamaan seperti ini.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika saya ikut dalam acara adat yang disebut “sedekah bumi”. Acara ini diadakan setiap tahun untuk mengucapkan syukur atas panen yang melimpah. Awalnya saya berpikir ini hanya sekadar ritual formal, tapi saya salah. Saat mengikuti acara tersebut, saya menyadari bahwa ini adalah cara masyarakat setempat menjaga hubungan mereka dengan alam, yang sudah memberi mereka penghidupan. Mereka mempercayai bahwa jika mereka menjaga alam, alam juga akan menjaga mereka. Filosofi ini terasa sangat relevan, terutama dalam konteks isu lingkungan yang kita hadapi sekarang.
Di balik acara itu, ada nilai religi yang mendalam. Mereka percaya bahwa Tuhan telah memberikan segala kebutuhan mereka melalui alam, sehingga alam perlu dihormati dan dirawat. Ini adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal berfungsi sebagai pedoman spiritual yang membimbing masyarakat dalam menjalani hidup. Tidak hanya soal lingkungan, tapi juga cara mereka berhubungan dengan satu sama lain, dan yang lebih penting lagi, dengan Tuhan.
Namun, bukan berarti kearifan lokal itu kaku dan tak bisa berubah. Justru, salah satu kekuatan dari kearifan lokal adalah kemampuannya beradaptasi dengan perubahan zaman. Saya melihat bagaimana masyarakat setempat mulai mengakomodasi teknologi modern, seperti penggunaan smartphone dan internet, tanpa melupakan akar budaya mereka. Mereka tetap menjalankan tradisi-tradisi lama, sambil memanfaatkan teknologi untuk mempermudah komunikasi dan pekerjaan. Ini adalah bukti bahwa kearifan lokal tidak harus bertentangan dengan perkembangan modern, tetapi bisa saling melengkapi.
Apa yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah bahwa kearifan lokal bukan hanya cerita masa lalu atau tradisi kuno yang usang. Sebaliknya, itu adalah aset berharga yang bisa kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan kita hari ini. Di era globalisasi yang serba cepat ini, banyak dari kita yang mungkin lupa akan pentingnya menjaga hubungan dengan alam dan sesama manusia. Melalui kearifan lokal, kita diajarkan untuk menghargai apa yang sudah ada di sekitar kita dan untuk hidup dalam harmoni, baik dengan manusia maupun lingkungan.
Jadi, kalau ditanya apa yang dimaksud dengan kearifan lokal? Saya akan bilang, itu adalah pelajaran hidup yang sering kali terlupakan dalam hiruk pikuk kehidupan modern. Sebuah pengingat bahwa terkadang solusi terbaik sudah ada di depan mata kita, hanya saja kita perlu berhenti sejenak, mendengar, dan menghargainya.